SURTI



Oleh : SUMADJI

Malam itu Desa Banjarsari ramai sekali. Untuk menyambut pesta panen diadakan pertunjukan tayub. Tidak kurang 7 orang penari menghibur penonton dengan suara merdunya melantunkan gending jawa, juga gemulai tarian melayani penyawer yang ikut menari sambil sempoyongan karena mabuk.

Terlebih panitia juga mengundang Surti, sang primadona yang sudah terkenal sebagai tandak tayub karena kecantikan juga suaranya khas seolah mampu menghipnotis penonton sehingga enggan pulang sebelum pertunjukan usai.

*********************

Kemeriahan malam itu tidak lepas dari Pak Tejo, salah satu warga desa Banjarsari yang memiliki sawah paling luas diantara warga lainnya. Sebagian besar dana untuk kegiatan pesta panen ditanggung oleh Pak Tejo. Tidak hanya itu, Pak Tejo juga menyiapkan rumahnya untuk tempat istirahat dari grup tayub.

*********************

Pertunjukan usai menjelang pagi hari. Pak Tejo mempersilahkan anggota tayub untuk beristirahat sejenak di rumahnya karena telah disiapkan hidangan. Pak Tejo mengungkapkan rasa terima kasih karena pertunjukan malam itu begitu luar biasa. Pimpinan tayub berseloroh jika semua itu karena Surti, primadona tayub. Pak Tejo membenarkan. Karena itu secara khusus Pak Tejo memerintahkan salah seorang  pembantunya untuk mengantar Surti pulang. Apalagi memang Surti berangkat sendiri. Menurut Pak Tejo berbahaya jika seorang perempuan pulang sendirian saat hari masih gelap. Surti tersenyum manis sambil mengangguk menerima tawaran Pak Tejo. Sarmin, pembantu Pak Tejo yang diperintahkan untuk mengantar Surti segera mengambil motor miliknya.

*********************

Di tengah perjalanan dari belakang Sarmin yang membonceng Surti terdengar suara klakson mobil berulang-ulang. Tanpa menengok Sarmin menepi untuk memberi jalan. Namun setelah mendahului, mobil tersebut berhenti tepat di depan motor Sarmin. Sarminpun menghentikan motornya.

Dari dalam mobil keluar Herman, anak Pak Tejo. Dia meminta agar Sarmin menurunkan Surti. Herman ingin mengantar sendiri primadona tayub tersebut. Dia beralasan, seorang primadona tidak pantas dibonceng dengan motor. Lebih pantas naik mobil dengannya. Sarmin enggan menurunkan Surti karena takut dimarahi majikannya, ayah Herman. Herman menenangkan Sarmin. Herman berjanji akan menghubungi ayahnya lewat telepon untuk mengatakan jika dia yang meminta Sarmin kembali pulang, dan Surti diantarnya.

Sarmin akhirnya mengalah, apalagi Herman anak majikannya, dia tidak berani membantah lebih jauh lagi.

Surti kemudian pindah ke mobil Herman yang tentu jauh lebih nyaman.sambil mengemudikan mobil, Herman berulang melirik ke arah Surti. Surti tersenyum mengetahui kelakuan Herman. Secara terbuka Herman kemudian mengatakan jika dia suka kepada Surti dan berharap bisa menjalin hubungan lebih jauh. Surti tertawa, dia mengatakan jika dirinya sudah tua, usianya sudah hampir 40 tahun. Berbeda dengan Herman yang masih muda, bahka baru lulus kuliah. Herman berkelit, dia mengatakan jika cinta itu buta, tidak mengenal batasan usia.

Surti mengatakan jika dirinya sudah menikah, tidak mungkin dapat menerima cinta Herman. Herman tampak kecewa mendengar pengakuan Surti.

*********************

Beberapa hari kemudian, HP Surti berdering, ternyata Herman. Dia mengaku mendapat nomor telepon Surti dari ayahnya.

Ternyata keinginan Herman untuk medapatkan Surti tidak surut. Sepertinya Herman benar-benar telah dibutakan oleh cinta.

Keseriusan Herman dibuktikan dia selalu hadir di tempat Surti pentas, Herman memang selalu mencari informasi secara diam-diam tentang jadual pentas Surti.

*********************

Semakin lama, hati Surti luluh. Dia menerima cinta dari Herman, walaupun dirinya telah menikah. Seperti halnya Herman, tampaknya Surti juga telah dibutakan cinta dan dimabuk asmara.

*********************

Surti tengah sibuk memasak di dapur ketika Eko, suaminya berpamitan untuk berangkat bekerja. Tidak lama kemudian HP miik Surti berdering. Di telepon, Herman mengatakan dia sudah berada di depan rumah Surti. Herman dan Surti telah membuat janji untuk bertemu di rumah Surti. Layaknya sepasang remaja yang dimabuk asmara. Herman dan Surti melampiaskan rasa rindu. Tidak lama kemudian dari luar terdengar teriakan. Ternyata Eko kembali ke rumah. Herman dan Surti kebingungan. Dengan tergesa Herman lari keluar dengan melompat dari jendela kamar Surti.

*********************

Surti membukakan pintu. Dia kebingungan mencari alasan saat suaminya bertanya sebab semua pintu terkunci rapat. Belum sempat Surti memberikan alasan, dari dalam kamar terdengar suara HP berdering.

Eko kaget melihat ada sebuah HP yang bukan miliknya, juga bukan milik Surti berada di kamar. Surti kaget, ternyata karena terburu-buru HP milik Herman tertinggal.

Setelah didesak, Surti mengaku telah berbuat serong dengan seorang pria lain bernama Herman, anak dari Pak Tejo. Eko merasa harga dirinya dihancurkan Surti. Karena itu Eko memaksa Surti untuk mengikutinya ke rumah Pak Tejo. Sambil menangis Surti mengikuti Eko.

*********************

Pak Tejo sedang bersantai di rumahnya ketika datang Eko bersama Surti yang menangis. Eko menceritakan alasan kedatangannya. Tentu Pak Tejo tidak begitu saja mempercayai.

Setelah Eko menunjukkan bukti berupa HP Herman yang tertinggal, baru Pak Tejo percaya.

Mendengar suara mesin mobil Herman yang baru datang, dia meminta Eko untuk membawa Surti masuk ke dalam rumah untuk sembunyi. Dia ingin mengintrogasi Herman terlebih dahulu.

Tanpa basa-basi Pak Tejo menanyakan HP Herman. Dia beralasan berulang kali menelepon Herman namun tidak di angkat. Tampak Herman bingung mencari HP miliknya.

Pak Tejo menunjukkan HP Herman yang dibawanya. Tanpa sanggup membendung emosinya. Pak Tejo menampar Herman, kemudian memanggil Eko dan Surti untuk keluar.

Mengetahui Surti di rumahnya, Herman menyadari masalah yang terjadi. Dia bersimpuh di kaki ayahnya sambil menghiba meminta maaf.

Pak Tejo menjawab jika semua keputusan tentang masalah tersebut ada di Eko. Tanpa diduga, Eko mengatakan jika dirinya tidak dapat memaafkan Surti lagi. Karena itu, dia menyerahkan Surti kepada Pak Tejo, dia ingin Herman bertanggungjawab menikahi Surti. Dan saat itu juga Eko menjatuhkan talak kepada Surti.

Pak Tejo kaget mendengar penuturan Eko. Namun dia juga meraskan sakit hati yang dirasakan Eko. Namun untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, Eko diminta untuk membuat Surat Pernyataan jika dirinya rela sepenuhnya menyerahkan Surti, dan tidak akan menuntut apapun di kemudian hari.

Eko setuju, dan dihadapan Pak Tejo. Eko membuat Surat Pernyataan. Setelah semuanya selesai, Eko pamit pulang. Sedangkan Surti tetap tinggal di rumah Pak Tejo.

*********************

Eko sedang termenung sambil menangis di rumahnya ketika Pak Seto, orang tua Surti datang. Eko buru-buru menghapus air matanya. Pak Seto heran melihat rumahnya sepi. Saat ditanya keberadaan Surti, Eko hanya terdiam. Hal itu membuat Pak Seto semakin heran. Sambil menangis, Eko kemudian menceritakan kejadian di rumah tangganya. Pak Seto tampak marah. Dia menganggap Surti sebagai anak telah membuat dirinya malu, dan mencoreng nama baiknya. Karena itu Pak Seto bergegas berpamitan untuk kembali pulang kepada Eko.

*********************

Malam itu Surti sedang bersama Herman. Tampak senyuman bahagia di wajah Surti. Dia menceritakan jika dirinya hamil. Surti sangat bahagia di usianya yang tidak muda lagi bisa hamil. Selama pernikahannya dengan Eko sebelumnya, Surti belum pernah hamil.

Herman sangat bahagia mendengar berita kehamilan Surti karena itu, dia bergegas keluar untuk membeli berbagai macam buah yang disukai wanita hamil. Herman berpesan agar Surti segera istirahat dan menutup semua pintu. Apalagi sedang tidak ada satu orang pun di rumah.

Sepeninggal Herman, Surti terus menerus tersenyum sambil mengelus perutnya. Namun di luar dugaan tiba-tiba masuk seseorang yang menutup wajahnya dengan cadar ke dalam rumah sambil. Tanpa banyak bicara, orang tersebut menusukkan pisau ke perut Surti hingga tewas. Mengetahui Surti telah tewas, orang tersebut bergegas meninggalkan rumah Herman.

*********************

Herman yang baru pulang heran melihat Surti tampak tertidur di kursi. Namun Herman sontak berteriak minta tolong mengetahui Surti telah tewas dengan bersimbah darah. Pak Tejo yang baru datang bersama Sarmin bergegas menolong. Mereka heran, Surti meninggal dibunuh namun tidak satupun benda di rumah yang rusak ataupun hilang. Kecurigaan Pak Tejo tertuju pada Eko, mantan suami dari Surti, karena itu Pak Tejo memerintahkan Sarmin untuk menjemput Eko juga untuk menghubungi polisi.

Eko menyanggah telah membunuh Surti. Namun Pak Tejo berkeras menuduh Eko dengan alasan, Eko merasa sakit hati karena Surti mengkhianatinya. Tanpa diduga, Pak Seto datang. Secara terbuka dia mengakui seabagi pembunuh Surti. Dia mengatakan jika dirinya malu melihat kelakuan anaknya yang mengkhianati suaminya. Karena itu dia memilih membunuh Surti. Dia merasa lebih baik tidak memiliki anak seperti Surti yang mencoreng nama baik orang tua.

Mendengar pengakuan Pak Seto, Eko dibebaskan, dan dengan suka rela Pak Seto menyerahkan dirinya kepada polisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar