PRAHARA RANI

Oleh : TRI JUONO 








R
ani, seorang siswi kelas 3 SMA sedang duduk termenung di rumahnya yang sederhana. Bu Siti, ibunya merasa heran melihat sikap dari Rani. Sambil terisak, Rani bercerita jika dia saat di sekolah dipanggil ke ruang TU, dan diberi surat peringatan untuk disampaikan kepada orangtuanya yang berisi permintaan agar Rani segera melunasi tunggakan uang sekolah, atau dia tidak dapat mengikuti ujian akhir, bahkan bisa sampai dikeluarkan dari sekolah.
memiliki pendapatan Bu Siti hanya terdiam mendengar penuturan Rani, suaminya, Pak Wardi, yang hanya seorang tukang ojek memang pas-pasan, tentu merasa berat jika harus membayar uang sekolah anaknya dengan jumlah tidak sedikit karenunggak biaya sekian lama mena sekolah. Bu Siti hanya menghela nafas, kemudian berusaha menenangkan hati Rani, dan mengatakan jika Rani tidak perlu memikirkan hal tersebut, karena itu sudah menjadi tanggungjawab kedua orangtuanya, Rani hanya diminta untuk konsentrasi pada pelajarannya.
Tidak lama berselang, Pak Wardi pulang. Reaksi Pak wardi tidak jauh berbeda dengan istrinya, dia hanya mengelus dada dengan trenyuh, merasa kasihan dengan suramnya masa depan Rani. Pak Wardi hanya bisa mengeluh, karena sebagai kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan anaknya.
Keesokan harinya, di pagi yang cerah, tampak Pak Anton, sang kepala desa sedang berjalan santai bersama Hadi, salah seorang ajudannya. Tidak lama lewat Rani di depan Pak Anton. Melihat kecantikan Rani, Pak Anton tampak terpesona. Melihat majikannya terpesona, Hadi tersenyum dan mengatakan jika nama perempuan tersebut Rani, anak dari Pak Wardi. Mendengar penuturan Hadi, Pak Anton segera mengajak Hadi untuk menemui Pak Wardi.
Sementara itu, di rumah Pak Wardi tampak Pak Wardi, bersama Bu Siti, istrinya sedang bercangkerama dirumah. Selang beberapa saat datang Pak Anton bersama Hadi. Dia datang mengutarakan niatnya untuk menikahi Rani. Tentu saja mendengar penuturan Pak Anton, Pak Wardi terkejut, mengingat Pak Anton sudah memiliki istri, bahkan anak yang sudah dewasa. Apalagi Rani lebih pantas sebagai anak, daripada istri Pak Anton. Untuk dapat mewujudkan keinginannya, Pak Anton memberikan janji, jika Rani direstui dan bersedia menjadi istrinya, Pak Anton akan membiayai pendidikan Rani, bahkan sampai perguruan tinggi. Namun Pak Anton juga menyampaikan syarat, pernikahannya dilaksanakan di luar kota secara siri, dengan alasan Rani masih sekolah, tentu dalam undang-undang tidak diperbolehkan menikah secara sah menurut hukum negara. Pak Anton juga berniat membelikan Rani rumah di luar kota sebagai tempat tinggalnya. Dengan berat hati, akhirnya Pak Wardi menerima pinangan dari Pak Anton demi masa depan Rani.
Tiga hari kemudian, Rani tampak berjalan membawa tas dalam ukuran besar. Secara kebetulan berpapasan dengan Pak Wardi ayahnya. Tentu saja Pak Wardi heran melihat Rani berjalan menuju dengan gontai menuju rumah, terlebih saat bertemu ayahnya, Rani menangis dan mengatakan dia baru saja diceraikan Pak Anton tanpa sebab. Hal itu menyulut amarah Pak Wardi. Sebelumnya Pak Anton sendiri yang memohon untuk dapat menikah dengan Rani. Baru tiga hari, anaknya sudah diceraikan. Menurut Pak Wardi, perbuatan Pak Anton tersebut telah menginjak-injak harga dirinya. Pak Wardipun mengajak Rani untuk meminta pertangungjawaban ke rumah Pak Anton.




Bu Dewi tampak sedang gembira, bercanda dengan Pak Anton suaminya saat kemudian datang Pak Wardi bersama Rani dengan keadaan marah. Bu Dewi heran melihat kedatangan Pak Wardi. Tanpa mampu membendung amarahnya lagi, Pak Wardi dengan penuh emosi meminta pertanggungjawaban Pak Anton karena telah menelantarkan Rani setelah menikahinya tiga hari sebelumnya.
Tentu saja penuturan Pak Wardi membuat Bu Dewi menjadi shock. Suami yang selama ini dicintai dan diberi kepercayaan melakukan perbuatan yang menyakitkan hatinya. Tidak lama kemudian datang Aldo, anak dari Pak Anton. Melihat keribuan di rumahnya, Aldo menanyakan penyebabnya. Serta merta Aldo menghampiri Pak Anton hendak memukulnya setelah mendengar penyebab keributan di rumahnya, namun dicegah dengan tangisan ibunya. Untuk mengakhiri keributan, Aldo menghampiri Pak Wardi dan menyampaikan bahwa ayahnya akan memepertanggungjawabkan perbuatannya. Dengan dirinya sebagai jaminan.
Setelah Pak Wardi dan Rani pergi, Aldo kembali meluapkan amarahnya dengan cara mengumpat ayahnya, dan kembali dilerai ibunya, kemudian Bu Dewi meminta Aldo meninggalkan Pak Anton dan Bu Dewi berdua.
Bu Dewi hanya terdiam menahan rasa sakit hatinya. Memecah keheningan, Pak Anton menyampaikan permintaan ma’afnya kepada Bu Dewi dan memintanya turut menyelesaikan masalah dengan cara mengatakan kepada warga bahwa Pak Anton menikah atas permintaan dan persetujuan dirinya. Upaya tersebut dilakukan dengan alasan untuk menyelamatkan nama baik keluarga, mengingat masa jabatan Pak Anton sebagai Kepala Desa segera berakhir, dan berniat mencalonkan dirinya kembali. Demi keutuhan rumah tangga dan menyelamatkan nama baik, akhirnya Bu Dewi dengan berat hati bersedia memenuhi permintaan Pak Anton. Emndengar jawaban istrinya, Pak Anton merasa tenang dan meninggalkan Bu Dewi sendiri. Saat Bu dewi sendiri, Aldo menemui ibunya dan meminta agar Bu Dewi tidak memenuhi keinginan Pak Anton.
Dua hari kemudian, Bu Siti tampak sedang menjahit baju di ruang tamu rumahnya ketika tiba-tiba datang Hadi. Tanpa bersuara, Hadi melemparkan sebuah amplop ke depan Bu Siti, kemudian berujar, jika amplop tersebut berisi uang yang cukup banyak sebagai tutup mulut dan tidak menuntut perbuatan Pak Anton, namun dengan alasan harga diri, Bu Siti menolaknya. Hal itu memancing emosi Hadi. Tanpa rasa iba, Hadi memukuli Bu Siti hingga babak belur. Setelah puas, Hadi meninggalkan Bu Siti sendirian.
Rani yang baru pulang dari warung berbelanja terkejut melihat ibunya merintih kesakitan. Rani emudian menolong ibunya dan berteriak minta tolong, beruntung Pak Wardi kemudian datang. Saat mendengar penuturan istrinya, Pak Wardi marah, dan bergegas kembali ke rumah Pak Anton serta berniat mengajak beberapa orang warga setelah sebelumnya meminta Rani mengobati dan menjaga ibunya di rumah.
Di rumah Pak Anton, Hadi menyampaikan laporan atas tugas yang diberikan Pak Anton. Dengan gembira mereka berdua tertawa yang terhenti ketika datang Bu Dewi. Hadipun segera pamit. Pak Anton hanya menjawab jika Hadi memberikan laporan atas tugas yang diberikan untuk meninjau proyek desa ketika Bu Dewi menanyakan sebab kegembiraan Pak Anton. Sesaat waktu kemudian datang Pak Wardi bersama beberapa orang warga.
Bu Dewi tersentak kaget mendengar penyebab kedatangan warga, namun dia berusaha menguasai keadaan dengan mengatakan bahwa kedatangan Hadi ke rumah Pak Wardi diperintahkan olehnya untuk mengantar uang sebagai ungkapan ma’af, dan rencananya dia akan berkunjung sendiri ke rumah Pak Wardi. Namun Hadi salah mengartikan perintahnya.
Pembelaan Bu Dewi berakhir ketika datang Aldo, dan mengatakan bahwa ibunya tidak tahu mengenai segala permasalahan, ibunya dibujuk oleh Pak Anton untuk melakukannya. Dengan tertunduk lesu, akhirnya Pak Anton tidak dapat mengelak lagi dari tanggungjawab. Tinggal Bu Dewi menangis ditinggal suaminya yang dibawa warga ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar