AHMAD GENG MOTOR


Oleh : SUMADJI








H. Abdullah seorang yang kaya raya, dia mengangkat anak yang tidak lain keponakannya sendiri, Ahmad. Ahmad sebenarnya anak kandung dari kakak H. Abdullah sendiri yang sudah meninggal bernama H. Abdul Azis.
H. Abdul Azis memiliki 2 anak kandung, yang sulung bernama Ahmad. Saat lahir anak kedua, Rahmad, H. Abdul Azis sakit-sakitan. Untuk biaya berobat, H. Abdul Azis menggadaikan hartanya berupa tanah kepada adiknya sendiri, H. Abdullah.
Setahun kemudian H. Abdul Azis meninggal dunia. H. Abdullah berniat merawat anak sulung dari kakaknya, Ahmad. Dengan alasan agar Bu Lastri dapat merawat anaknya yang masih bayi dengan baik, tidak terbebani merawat 2 orang anak sekaligus. Terlebih H. Abdullah dan istrinya tidak memiliki anak.
Tahun demi tahun berlalu, Rahmad dan Ahmad telah dewasa. Rahmad tinggal dalam kesederhanaan bersama Bu Lastri, ibunya. Sementara itu, Ahmad yang dirawat H. Abdullah mendapat limpahan kasih sayang dari H. Abdullah dan Bu Erna, istrinya. Oleh H. Abdullah, Ahmad dimasukkan di pondok pesantren milih KH. Hasan Masykuri untuk menuntut ilmu agama. H. Abdullah sangat percaya kepada Ahmad, jika Ahmad adalah anak yang baik dan berbakti, serta memiliki ilmu agama yang bermanfaat.
Suatu hari di rumah H. Abdullah, datang Rahmad ingin menemui H. Abdullah. Dia ingin meminta hak atas peninggalan ayahnya yang selama ini dikuasai oleh H. Abdullah. Namun, H. Abdullah marah, dia mengatakan harta tersebut didapatnya melalui transaksi jual-beli, bukannya diambil cuma-cuma, sehingga Rahmad tidak berhak meminta hak atas harta tersebut.
Mendengar perdebatan tersebut, Bu Erna berusaha menengahi. Dia mengatakan Rahmad, tidak lain juga keponakan sendiri. Seharusnya H. Abdullah juga bisa memberi sedikit bantuan berupa tanah sawah agar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan Rahmad bersama ibunya. H. Abdullah tetap bersikeras, akhirnya Rahmad pergi dari rumah H. Abdullah. Selang beberapa menit kemudian datang Ahmad. Dia mengutarakan niatnya untuk meminta sejumlah uang yang besar untuk keperluan pondok pesantren. Tanpa berpikir panjang, H. Abdullah memenuhi permintaan dari Ahmad. Setelah mendapatkan yang diminta Ahmad berpamitan. Sepeninggal Ahmad, Bu Erna menyampaikan jika seharusnya H. Abdullah tidak pilih kasih. Namun H. Abdullah beralasan Ahmad seorang anak penurut, sehingga wajar jika diperlakukan istimewa. Sedangkan Rahmad selalu menolak permintaannya, terutama permintaan agar Rahmad masuk pondok pesantren.
Sementara itu di jalan, tampak Edi dan Johan sedang menunggu kedatangan Ahmad. Dengan wajah sumringah, Ahmad datang dan mengatakan jika dia berhasil mendapatkan uang dari pamannya, H. Abdullah. Sehingga selama beberapa minggu ke depan mereka dapat berpesta.
Ketika Ahmad dan teman-temannya sedang menikmati kegembiraan, lewat seorang gadis bernama Santi. Ahmad yang melihat kecantikan Santi merasa tergoda. Dengan tindakan yang tidak sopan, Ahmad dan kedua temannya menggoda Santi. Santi yang merasa ketakutan lari berusaha menyelamatkan diri. Ahmad dan kedua temannyapun bergegas mengejar Santi.
--- ooOoo ---
Sementara itu di  rumah Bu Lastri, tampak Bu Lastri sedang duduk termenung seorang diri. Tidak lama datang Rahmad. Rahmad mengatakan jika usahanya untuk meminta bagian harta warisan ayahnya tidak berhasil.
Beberapa waktu kemudian datang Ahmad, mengetahui ibunya belum makan, Ahmad memarahi Rahmad. Menurutnya, rahmad tidak mampu mengurus ibunya. Ahmad memberikan sejumlah uang kepada Rahmad, dan meminta Rahmad segera pergi membelikan makanan untuk Bu Lastri.
Setelah Rahmad pergi, Ahmad mendekati ibunya dan meminta Setifikat rumah mereka. Karena ditolak, Ahmad marah. Dia mengobrak-abrik rumah tersebut, dan membawa kabur Setifikat rumah. Bu Lastri menangis sampai Rahmad pulang. Mengetahui perbuatan Ahmad, Rahmad emosi, dan berkata kepada ibunya jika dia akan menuntut Ahmad ke pihak berwajib.
Di rumah H. Abdullah, Ahmad datang kembali dan megatakan jika kelelahan setelah menjadi panitia dalam kegiatan di pondok pesantren. Mendengar penuturan Ahmad, H. Abdullah mempersilahkan Ahmad untuk beristirahat di kamar.
Selang beberapa waktu, di rumah H. Abdullah kedatangan tamu, KH. Hasan Masykuri, yang tak lain pengurus pondok pesantren Gebang Ayu tempat Ahmad menuntut ilmu. KH. Hasan Masykuri mengatakan jika sudah berbulan-bulan Ahmad meninggalkan pondok pesantren tanpa kabar. H. Abdullah yang mendengar penuturan KH. Hasan Masykuri terkejut, karena beberapa waktu yang lalu, Ahmad datang dan meminta sejumlah uang yang besar untuk kebutuhan pondok pesantren.
KH. Hasan Masykuri menyanggah, jika pondok pesantren tidak pernah membebankan biaya perawatan pondok kepada santrinya. Bahkan Ahmad sebenarnya telah lama meninggalkan pondok pesantren. Parahnya, Ahmad mempengaruhi beberapa santri lainnya untuk pergi meninggalkan pondok pesantren.
Beberapa waktu kemudian datang Rahmad bersama Kepala Desa, dia mengadu jika Ahmad telah membawa kabur sertifikat rumah. Karena itu Rahmad datang mengajak Kepala Desa untuk membantunya meminta kembali Sertifikat rumah yang dibawa Ahmad.
H. Abdullah merasa terpukul, Ahmad yang dibanggakan ternyata memiliki sifat yang tidak terpuji. Dengan amarah yang memuncak, H. Abdullah memanggil Ahmad untuk menemui KH. Hasan Masykuri, juga Kepala Desa yang datang bersama Rahmad.
Mengetahui perbuatannya terbongkar, Ahmad dengan pasrah mengatakan akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya, juga meminta maaf kepada H. Abdullah, KH. Hasan Masykuri, dan Rahmad, adiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar